Selasa, 26 Januari 2016

TUGAS B. INDONESIA RESENSI NOVEL "Mimpi Jameelah"



TUGAS BAHASA INDONESIA
Resensi Novel
“MIMPI JAMEELAH”
Oleh : Lia Anjani
XI IPA-1
MAN CIREBON 1



 




 





Judul resensi : Kisah mimpi si gadis mengejar perubahan
 
Judul Novel   : Mimpi Jameelah
Pengarang      : Vanny Chrisma W.
Kategori          : Fiksi
Ukuran            : 12 X 19 Cm
Halaman         : 320 halaman
Penerbit          : FlashBooks
Terbit               : 2011
Suatu hari seperti biasanya, gadis miskin bertubuh bongkok itu pergi mencari kantung plastik. Dia lalu duduk di depan teras sebuah rumah makan Cina, sambil memperhatikan seorang pria yang baru saja keluar dari sana sambil menenteng kantong plastik baru bermerk berwarna merah. Gadis itu langsung menghampiri pria tersebut, dengan maksud untuk meminta kantung plastik yang dibawanya, namun justru bukan plastik yang didapatnya melainkan celaan dan hinaan yang luar biasa.
Ia sangat menginginkan plastik itu, karena beberapa minggu yang lalu ia diberi oleh ayahnya sebuah jeruk Mandarin, jeruk Cina. Yang sampai sekarang, jeruk itu belum pernah ia makan, sampai menjadi kering, sebuah jeruk kering yang masih terbungkus dengan plastik berwrna merah. Sore itu, ia pulang dengan kekosongan, banyak orang sekitar yang melihat tingkah gadis bongkok itu. Benar, Jameelah dilahirkan dalam keadaan sehat, namun entah kenapa saat ia berumur empat tahun, tiba-tiba muncul benjolah besar yang semakin lama tumbuh menjadi besar dan berubah menjadi punuk, gadis berpunuk unta. Itulah jameelah.
Ia berjalan sambil menundukkan kepalanya, sejenak kemudian, ia menoleh kembali menatap rumah makan itu dengan perasaan sedih dan bertanya-tanya di dalam hati. Kenapa lelaki itu meludahinya? Padahal ia bukan pencuri, dan tidak meminta uang. Ia hanya meminta sebuah kantung. Itu saja.
Jameelah berjalan sambil bernyanyi-nyanyi di dalam perjalanan pulangnya sore hari itu. Dia berhenti tepat di sebuah gang kecil rumahnya, ia melongok sejenak ke arah sebuah Pesantren Miftahul Ulum. Jameelah ingin sekali masuk ke Pesantren tersebut namun, ia hanya bisa bermimpi, karena ia rasa bahwa semuanya tak akan pernah terjadi padanya, karena ia memiliki kekurangan. Walaupun jameelah bisa membaca, tapi sekolah umum tidak mau menerimanya, dibentur pula oleh biaya yang membuat gadis itu akhirnya bisa menerima keadaanya sebagai rakyat miskin.
Saat itu Jameelah sedang menggayuh sepeda untuk mengantarkan jahitan ke salah satu pelanggan ayahnya, sambil mencari-cari kantung plastik yang disukainya. Tiba-tiba ia menemukan sebuah buku bergambar katak hijau yang sudah langka jenisnya. Dia tertarik dengan gambar katak itu dan segera mengambilnya untuk dibawa pulang. Saking senangnya, Jameelah tidak lagi memperhatikan laju sepedanya, sehingga sebuah mobil berkecepatan tinggi menabraknya. Akibat kejadian ini dia sempat mengalami kelumpuhan.
Setelah itu, Jameelah terbaring di rumah sakit dan ditemani oleh ayahnya. Disana, ia mendapatkan seorang teman sekamar, di mana  sepasang kakinya baru saja diamputasi, ia baru saja kecelakaan yang menyebabkan kedua orangtuanya meninggal dan hanya dialah yang tersisa. Dia adalah Namira teman sekamar Jameelah.
Jameelah meminta ayahnya untuk membacakan buku yang didapatkannya di tong sampah beberapa hari yng lalu sebelum ia kecelakaan. Sejak menemukan buku tersebut, Jameelah sering bermimpi yang aneh-aneh. Kadang-kadang ia bermimpi tentang katak hijau cacat yang ingin mengubah kehidupannya. Kadang-kadang juga ia bermimpi melihat air yang selalu mengitari tubuhnya. Semua mimpi tentang katak hijau itu sangat berpengaruh terhadap kehidupannya.
Beberapa hari berlalu, pasangan suami istri itu bediri di samping Jameelah yang sedang asyik membaca buku kesayangannya. Mereka berdua adalah oarang yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa kecelakaan yang menimpa Jameelah. Pria dan wanita yang usianya sekitar tiga puluh lima tahunan tersebut bernama Jordan dan Dictator, mereka menghibur Jameelah dengan berbagai macam hadiah dan makanan yang sama sekali belum pernah ia rasakan semenjak kecil. Sepasang suami istri itu berprofesi sebagai Motivator.
Sepasang suami istri tersebut menawarkan agar Jameelah ikut bekerja bersama mereka agar kondisinya kembali pulih. Ayahnya Jameelah yaitu Ruslan sebenarnya sedih karena Jameelah anak perempuan satu-satunya mau dibawa oleh kedua pasang suami istri tersebut. Namun apa daya, Ruslan berfikir itu adalah jalan terbaik agar putrinya cepat sembuh dengan dirawat oleh orang yang berkecukupan, karena jika putrinya dirawat oleh dirinya, ia takut putrinya akan semakin menderita karena kemiskinan yang serba kekurangan, lagipula sepasang suami istri tersebuat mau bertanggung jawab atas perbuatannya.
Setelah Jameelah agak baikkan, ia dijemput oleh sepasang suami istri itu untuk tinggal bersama mereka, lalu setelah sampai dirumah mereka, ternyata mereka tinggal di perumahan yang sangat mewah namun sangat sepi dan sunyi. Di dalam rumah tersebut ada seorang anak kecil bernama Falun ia adalah anak dari sepasang suami istri tersebut. Namun disitu, Jameelah merasa terhern-heran, saat Nyonya Dicta datang, ia langsung memeluk anaknya tak terdengar suara sapaan atau panggilan pada anak gadis itu. Yang terlihat hanyalah bahasa tangan dan gerakan bibir tanpa suara.  Kedatangan Jameelah di rumah itu disambut hangat oleh Falun yang kemudian ia mencium punggung tangan Jameelah.
Nyonya Dicta bercerita bahwa Falun putrinya menderita cacat tulis bawaan sejak lahir.saat Falun berusia 18 bulan, dia diberi beberapa suntikan gentacimin sulfat untuk menurunkan demam tinggi. Antibiotik itu berhasil menurunan subu badannya, tetapi juga memperburuk cacat pendengarannya,membuatnya benar-benar tuli dikedua telinganya. 
Setelah itu, Jameelah tinggal di rumah Nyonya Dicta sampai Jameelah benar-benar sembuh, di sana ia selalu menemani Falun bermain di sekitar taman untuk menangkap kupu-kupu di rumahnya.  Falun menyodorkan secarik kertas untuk Kak Jameelah untuk menanyakan dimana keberadaan Tuhan? dan apakah Falun bisa mendengar suara Tuhan?. Disitu Jameelah bingung harus menulis apa untuk membalas surat dari Falun karena selama ia di rumah Falun, ia belum pernah mendengar suara adzan maupun iqomah sekalipun.
Suatu ketika Jaemeelah sudah mulai bisa berjalan, dan ia mengajak Falun untuk keluar rumah karena Nyonya Dicta dan Tuan Jordan selalu bekerja siang dan malam. Pagi itu, di rumah hanya ada Bibi yang menjaga rumah yang sedang asyik menonton tv, Falun menunjukkan jalan keluar dari rumah tanpa ketahuan oleh Bibi. Setelah keluar dari rumah, Jameelah mengajak Falun untuk masuk ke Masjid. Di situ Jameela juga masih bingung karena Falun tuli dan bisu, namun disitu ada seorang wanita lalu Jameelah meminta tolong untuk menjelaskan tentang Tuhan dan Jameelah yang menuliskannya supaya dibaca oleh Falun.
Suatu hari, Jameelah keluar dari kamarnya dan dia masuk ke kamar Falun, lalu dilihatnya gadis kecil itu sedang bersujud sambil menangis. Lalu Falun menceritakan rahasia yang dimiliki ibunya ke Kak Jameelah. Pada saat itu, Falun memasuki kamar ibunya dan ia melihat di kamar ibunya ada foto dirinya sewaktu kecil dan di sana tertulis sesuatu “aku harus kaya, meskipun kukorbankan nyawa seorang yang ada di kandunganku.demi uang, pujaan, pujian, dan impian, kukorbankan nyawa dia untuk menjadi teman iblis saat dia telah mati”. Mendengar hal itu Jameelah terkejut dan antara percaya dan tidak. Falun juga menemukan buku harian ibunya yang berisi tentang perjalanan hidupnya sejak dulu. Falun meminta Jameelah untuk membacakannya. Ternyata setelah membaca buku harian Nyonya Dicta diketahui ternyata dia dulunya adalah  seorang gadis pemulung yang hidup bersama ibunya  dan diumur 20 tahun ibunya meninggal. Hingga suatu hari Dicta ditawarkan pekerjaan menjadi pembantu di Arab yang setiap harinya ia selalu disiksa.
Singkat cerita, namun setelah bertemu dengan Nenek tua yang ditunjukkan oleh sahabatnya Farzika, agar majikan yang selalu menyiksanya itu segera meninggal supaya ia bisa manguasai harta majikannya itu. Lalu dikabulknnya permintaan Dicta, akhirnya majikannya itu meninggal dan perhiasannya milik majikkannya itu diawa oleh Dicta. Lalu setelah bertemu dengan Jordan di sebuah restoran Cina hidupnya berubah menjadi lebih baik. Lalu suatu ketika ia mengira Jordan sudah tidak mencintainya lagi karena Jordan selalu dikelilingi wanita-wanita cantik karena pekerjaannya sebagai motivator.
Beberapa hari Jameelah tinggal di rumah Falun, dia tidak mengetahui kalau ayahnya meninggal rumah yang ada di desa terbakar hingga membuat dirinya hangus terbakar di dalam rumah itu dikarenakan ayahnya tidak memberitahukan oleh tetangganya kemanakah Jameelah tinggal setelah kecelakaan itu. tidak lama setelah itu, Nyonya Dicta mengajak Jameelah untuk pulang menjenguk ayahnya. Pada saat itu, Nyonya Dicta telah mencurigai bahwa Jameelah telah mengetahui ia memuja setan karena pada saat tengah malam, Nyonya Dicta sedang menyalakan 1000 lilin di suatu ruangan yang gelap itu adalah ritual Dicta yang dekerjakan setiap malam selasa sebagai persyaratan karena ia memakai Bedak Dewi Bulan supaya dia terlihat selalu cantik dimata suaminya. Dan ada satu syarat lagi supaya ritualnya berjalan lancar adalah dia tidak boleh percaya dengan Tuhan. jika dari kedua syarat itu dia langgar maka kecantikannya akan hilang dan berubah menjadi sangat tua. Jamelah mengetahui semua hal itu karena ia membaca semua buku catatan milik Nyonya Dicta yang dicurinya dari Falun saat Falun tertidur.
 Dilihat dari alurnya unik. Unik disini karena peristiwa-peristiwa yang terjadi sulit untuk ditebak apa yang terjadi pada rangkaian peristiwa-peristiwa berikutnya. Inilah yang menjadi keistimewaan dari novel ini.
Walaupun buku catatan milik ibunya dicuri oleh Jameelah namun Falun sudah mengetahuinya saat dia membaca pada halaman pertama. Perasaan Falun disitu sangat sedih karena dia tahu bahwa dirinya terlahir hanya untuk dijadikan tumbal dan teman iblis saat dia telah mati oleh ibunya sendiri. Tidak lama setelah itu Falun mengetahui bahwa buku catatan ibunya berada di tangan Kak Jameelah. Lalu, Jameelah menceritakan semua yang telah dibacanya kepada Falun. Falun disitu semakin sedih mengapa ibunya begitu tega.
Pada suatu hari, Falun menderita sakit secara tiba-tiba yang membuat kaget Jameelah, Jordan dan Dicta. Dicta telah menyadari bahwa sakit putrinya itu dikarenakan sudah waktunya dijemput oleh iblis, karena perjanjian yang dibuat oleh iblis itu Falun akan diambil oleh iblis saat ia berusia 7 tahun tepat di hari ulangtahunnya. Mengetahui bahwa Falun sakit Jameelah benar-benar terkejut dan ia langsung mengatakan sebutan iblis kepada Nyonya Dicta. Disitu Dicta merasa marah dan langsung mengusir Jameelah dari rumahnya yang pada saat itu Falun sedang berada di rumah sakit bersama ayahnya. Saat Falun sedang sakit, Dicta sedang bekerja sebagai motivator seperti biasa hingga tengah malam pun Dicta belum juga menengeok anaknya Falun.
Keesokan harinya Dicta datang menengok anaknya, lalu disitu dokter memeriksa keadaan Falun yang ternyata tidak ada gejala penyakit yang di deritanya, Tuan Jordan pun kaget dan tidak percaya dengan hal itu, namun Dicta sudah tahu kalau anaknya itu bukan sakit biasa melainkan sakit karena tidak lama lagi Falun akan diambil oleh iblis.
Setelah diusir Jameelah kembali mencari kantung plastik di depan  restoran cina, malamnya  dia tidur di depan restoran tersebut karena ia tidak tahu harus pergi kemana karena rumahnya terbakar bersama ayahnya disitu ia bertemu dengan Namira. Namira mengajak Jameelah untuk tinggal bersamanya, tidak disangka-sangka olehnya ternyata Namira tinggal bersama nenek tua yang ternyata dirinya adalah Ibu kandung dari Nyonya Dicta yang ternyata masih hidup namanya adalah Sumini.
Dirumah sakit Nyonya Dicta masuk diruangan Falun yang sedang koma sendirian. Dilihatnya wajah cantik putrinya yang bercahaya hingga membuat wajah Dicta panas hingga mengelupas dan menjadi dirinya sangat tua. Jordan melihatnya wajah Dicta yang semakin tua, disitu ia merasa curiga dan penasaran apakah yang terjadi pada istrinya. Disitu Falumn meneteskan air mata. Dan Nyonya Dicta diperiksa oleh dokter tapi dokter mengatakan tidak ada gejala penyakit satupun pada istrinya. Nyonya Dicta disitu pingsan sambil menginggau memanggil nama Jameelah berulang-ulang dan akhirnya Tuan Jordan mencari Jameelah kemana-mana tetapi hasilnya nihil. Jordan merasa curiga apa yang telah dirahasiakan oleh istrinya dari dirinya itu, Jordan langsung kembli kerumah untuk menanyakan itu kepada Bibi dan bibi menunjukkan suatu rungan yang sangat gelap yang terkunci rapat yang boleh masuk hanya Nyonya Dicta, disitu Jordan langsung mendobrak pintu itu, lalu didalamnya ada cermin besar yang bergambar Falun yang sedang koma di rumah sakit dan ada 1000 lilin disitu serta lukisan iblis yang begitu menyeramkan, disitu ia menemukan Bedak Dewi Bulan yang akhirnya Jordan mengetahuinya bahwa anaknya Falun telah menjadi tumbal bagi iblis oleh istrinya sendiri. Suatu ketika, Jameelah bermimpi bertemu dengan Nyonya Dicta dan Falun di rumah sakit. Lalu, nenek tua itu adalah seorang yang menjerumuskan anaknya sendiri yaitu Dicta untuk menjadi pengikut iblis, namun dia sudah melebihi batas dia meminta lebih kepada iblis terus-menerus hingga mengorbankan anaknya untuk tumal para iblis. Nenek tua itu adalah ibu nyonya Dicta dan ia meminta Jameelah untuk menemui anaknya yaitu Nyonya Dicta dan menyelamatka cucunya Falun.
Keesokan harinya Jameelah datang kerumah sakit untuk menemui Falun, dan disitu ia diperbolekan untuk menemui Falun hingga akhirnya ia tertidur dan bertemu Falun dimimpinya. Dimimpinya Falun sedang menangis dan bingunganatar memilih pintu yang sebelah kanan atau sebelah kiri. Akhirnya Jameelah mengajak Falun untuk pergi dari situ dan menyuruh Falun untuk memberikan kunci pintu yang dipegangnya kepada dirinya agar Falun selamat dari genggaman iblis, namun dimimpi itu Falun berkata “Falun mencintai ibu, Kak. Aku tidak ingin membuat ibuku menderita, biarlah Falun mati asal ibu tetap baik-baik saja” setelah berkata begitu Falun langsung mengambil kunci dari tangan Jameelah lalu ia langsung lari dan masuk ke salah satu pintu tersebut.  Akhirnya, Jameelah disadarkan dari tidurnya oleh Tuan Jordan. Disitu Falun sudah meninggal dunia. Sebelum pergi Falun megatakan pesan terkahir lewat mimpinya bahwa Kak Jameelah harus menyadarkan ibu ke jalan yang benar.
Setelah beberapa bulan kematian Falun, Nyonya Dicta semakin menyesal dan ia terlalu memikirkan Falun sampai membuat dirinya stress hingga membuat dirinya masuk kedalam rumah sakit jiwa dan selalu ditemani oleh suaminya jordan yang selalu setia menemaninya, semenjak sakit Jordan meninggalkan kariernya sebagai motivator, ia ingin fokus merawat istrinya sampai sembuh. Suatu hari Jameelah datang menemui Nyonya Dicta dengan bertujuan untuk menyadarkan Dicta ke jalan yang benar dan mengenal siapa itu Tuhan. Jameelah ke rumah sakit bersama nenek tua Sumini yang sebenarnya itu adalah ibu Dicta, awalnya Nyonya tidak percaya bahwa nenek Tua itu ibu kandungnya sendiri karena yang ia tahu ibunya telah meninggal saat ia berumur 20 tahun. Jameelah disitu mulai mengajak Nyonya Dicta kembali ke jalan yang benar jalan yang di ridhoi oleh Allah swt. Awalnya Dicta mengelak dengan adanya Tuhan namun akhirnya dia percaya dan ia bertaubat. Namun disitu Dicta benar-benar tidak percaya bahwa Sumini adalah ibu kandungnya dan akhirnya sumini putus asa lalu ia bunuh diri.
Dibagian ending ceritanya benar-benar susah ditebak Jameelah yang disitu sebagai tokoh utama akhirnya ia mendapatkan pasangan yang sama-sama bertubuh bongkok yang bernama Sanusi, pada saat itu Jameelah dan Namira sedang berjualan disekitar stasiun kereta disitulah Jameelah dan Sanusi dipertemukan.
Buku karya Vanny Chrisma yang berjudul “Mimpi Jameelah” ini sangat menarik untuk dibaca, terutama oleh kalangan remaja. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini diantaranya adalah perjuangan Jameelah untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik, penuh liku-liku dan godaan yang menyesatkan, namun ia tetap bisa  menjaga keimanannya. Hikmah lainnya juga mengajarkan bahwa betapa berbaktinya seorang anak kepada ibunya walaupun ibu kandungnya sendiri telah membuatnya sakit sampai mati.


SEMOGA DAPAT MEMBANTU TUGAS KALIAN ^_^