TUGAS BAHASA INDONESIA
Resensi
Novel
“MIMPI JAMEELAH”
Oleh : Lia Anjani
XI IPA-1
MAN CIREBON 1
Judul resensi : Kisah
mimpi si gadis mengejar perubahan
Judul Novel : Mimpi Jameelah
Pengarang : Vanny Chrisma W.
Kategori : Fiksi
Ukuran : 12 X 19 Cm
Halaman : 320
halaman
Penerbit : FlashBooks
Terbit
: 2011
Suatu hari seperti biasanya, gadis miskin bertubuh
bongkok itu pergi mencari kantung plastik. Dia lalu duduk di depan teras sebuah
rumah makan Cina, sambil memperhatikan seorang pria yang baru saja keluar dari
sana sambil menenteng kantong plastik baru bermerk berwarna merah. Gadis itu
langsung menghampiri pria tersebut, dengan maksud untuk meminta kantung plastik
yang dibawanya, namun justru bukan plastik yang didapatnya melainkan celaan dan
hinaan yang luar biasa.
Ia sangat menginginkan plastik itu, karena beberapa
minggu yang lalu ia diberi oleh ayahnya sebuah jeruk Mandarin, jeruk Cina. Yang
sampai sekarang, jeruk itu belum pernah ia makan, sampai menjadi kering, sebuah
jeruk kering yang masih terbungkus dengan plastik berwrna merah. Sore itu, ia
pulang dengan kekosongan, banyak orang sekitar yang melihat tingkah gadis
bongkok itu. Benar, Jameelah dilahirkan dalam keadaan sehat, namun entah kenapa
saat ia berumur empat tahun, tiba-tiba muncul benjolah besar yang semakin lama
tumbuh menjadi besar dan berubah menjadi punuk, gadis berpunuk unta. Itulah
jameelah.
Ia berjalan sambil menundukkan kepalanya, sejenak
kemudian, ia menoleh kembali menatap rumah makan itu dengan perasaan sedih dan
bertanya-tanya di dalam hati. Kenapa
lelaki itu meludahinya? Padahal ia bukan pencuri, dan tidak meminta uang. Ia
hanya meminta sebuah kantung. Itu saja.
Jameelah berjalan sambil bernyanyi-nyanyi di dalam
perjalanan pulangnya sore hari itu. Dia berhenti tepat di sebuah gang kecil
rumahnya, ia melongok sejenak ke arah sebuah Pesantren Miftahul Ulum. Jameelah
ingin sekali masuk ke Pesantren tersebut namun, ia hanya bisa bermimpi, karena
ia rasa bahwa semuanya tak akan pernah terjadi padanya, karena ia memiliki
kekurangan. Walaupun jameelah bisa membaca, tapi sekolah umum tidak mau
menerimanya, dibentur pula oleh biaya yang membuat gadis itu akhirnya bisa
menerima keadaanya sebagai rakyat miskin.
Saat itu Jameelah sedang menggayuh sepeda untuk
mengantarkan jahitan ke salah satu pelanggan ayahnya, sambil mencari-cari
kantung plastik yang disukainya. Tiba-tiba ia menemukan sebuah buku bergambar
katak hijau yang sudah langka jenisnya. Dia tertarik dengan gambar katak itu
dan segera mengambilnya untuk dibawa pulang. Saking senangnya, Jameelah tidak
lagi memperhatikan laju sepedanya, sehingga sebuah mobil berkecepatan tinggi
menabraknya. Akibat kejadian ini dia sempat mengalami kelumpuhan.
Setelah itu, Jameelah terbaring di rumah sakit dan
ditemani oleh ayahnya. Disana, ia mendapatkan seorang teman sekamar, di
mana sepasang kakinya baru saja
diamputasi, ia baru saja kecelakaan yang menyebabkan kedua orangtuanya
meninggal dan hanya dialah yang tersisa. Dia adalah Namira teman sekamar Jameelah.
Jameelah meminta ayahnya untuk membacakan buku yang
didapatkannya di tong sampah beberapa hari yng lalu sebelum ia kecelakaan. Sejak
menemukan buku tersebut, Jameelah sering bermimpi yang aneh-aneh. Kadang-kadang
ia bermimpi tentang katak hijau cacat yang ingin mengubah kehidupannya.
Kadang-kadang juga ia bermimpi melihat air yang selalu mengitari tubuhnya.
Semua mimpi tentang katak hijau itu sangat berpengaruh terhadap kehidupannya.
Beberapa hari berlalu, pasangan suami istri itu bediri di
samping Jameelah yang sedang asyik membaca buku kesayangannya. Mereka berdua
adalah oarang yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa kecelakaan yang
menimpa Jameelah. Pria dan wanita yang usianya sekitar tiga puluh lima tahunan
tersebut bernama Jordan dan Dictator, mereka menghibur Jameelah dengan berbagai
macam hadiah dan makanan yang sama sekali belum pernah ia rasakan semenjak
kecil. Sepasang suami istri itu berprofesi sebagai Motivator.
Sepasang suami istri tersebut menawarkan agar Jameelah
ikut bekerja bersama mereka agar kondisinya kembali pulih. Ayahnya Jameelah
yaitu Ruslan sebenarnya sedih karena Jameelah anak perempuan satu-satunya mau
dibawa oleh kedua pasang suami istri tersebut. Namun apa daya, Ruslan berfikir
itu adalah jalan terbaik agar putrinya cepat sembuh dengan dirawat oleh orang
yang berkecukupan, karena jika putrinya dirawat oleh dirinya, ia takut putrinya
akan semakin menderita karena kemiskinan yang serba kekurangan, lagipula
sepasang suami istri tersebuat mau bertanggung jawab atas perbuatannya.
Setelah Jameelah agak baikkan, ia dijemput oleh sepasang
suami istri itu untuk tinggal bersama mereka, lalu setelah sampai dirumah
mereka, ternyata mereka tinggal di perumahan yang sangat mewah namun sangat
sepi dan sunyi. Di dalam rumah tersebut ada seorang anak kecil bernama Falun ia
adalah anak dari sepasang suami istri tersebut. Namun disitu, Jameelah merasa terhern-heran,
saat Nyonya Dicta datang, ia langsung memeluk anaknya tak terdengar suara
sapaan atau panggilan pada anak gadis itu. Yang terlihat hanyalah bahasa tangan
dan gerakan bibir tanpa suara. Kedatangan Jameelah di rumah itu disambut
hangat oleh Falun yang kemudian ia mencium punggung tangan Jameelah.
Nyonya Dicta bercerita bahwa Falun putrinya menderita
cacat tulis bawaan sejak lahir.saat Falun berusia 18 bulan, dia diberi beberapa
suntikan gentacimin sulfat untuk menurunkan demam tinggi. Antibiotik itu
berhasil menurunan subu badannya, tetapi juga memperburuk cacat
pendengarannya,membuatnya benar-benar tuli dikedua telinganya.
Setelah itu, Jameelah tinggal di rumah Nyonya Dicta
sampai Jameelah benar-benar sembuh, di sana ia selalu menemani Falun bermain di
sekitar taman untuk menangkap kupu-kupu di rumahnya. Falun menyodorkan secarik kertas untuk Kak
Jameelah untuk menanyakan dimana
keberadaan Tuhan? dan apakah Falun bisa mendengar suara Tuhan?. Disitu
Jameelah bingung harus menulis apa untuk membalas surat dari Falun karena
selama ia di rumah Falun, ia belum pernah mendengar suara adzan maupun iqomah
sekalipun.
Suatu ketika Jaemeelah sudah mulai bisa berjalan, dan ia
mengajak Falun untuk keluar rumah karena Nyonya Dicta dan Tuan Jordan selalu
bekerja siang dan malam. Pagi itu, di rumah hanya ada Bibi yang menjaga rumah
yang sedang asyik menonton tv, Falun menunjukkan jalan keluar dari rumah tanpa
ketahuan oleh Bibi. Setelah keluar dari rumah, Jameelah mengajak Falun untuk
masuk ke Masjid. Di situ Jameela juga masih bingung karena Falun tuli dan bisu,
namun disitu ada seorang wanita lalu Jameelah meminta tolong untuk menjelaskan
tentang Tuhan dan Jameelah yang menuliskannya supaya dibaca oleh Falun.
Suatu hari, Jameelah keluar dari kamarnya dan dia masuk
ke kamar Falun, lalu dilihatnya gadis kecil itu sedang bersujud sambil
menangis. Lalu Falun menceritakan rahasia yang dimiliki ibunya ke Kak Jameelah.
Pada saat itu, Falun memasuki kamar ibunya dan ia melihat di kamar ibunya ada
foto dirinya sewaktu kecil dan di sana tertulis sesuatu “aku harus kaya, meskipun kukorbankan nyawa seorang yang ada di
kandunganku.demi uang, pujaan, pujian, dan impian, kukorbankan nyawa dia untuk
menjadi teman iblis saat dia telah mati”. Mendengar hal itu Jameelah
terkejut dan antara percaya dan tidak. Falun juga menemukan buku harian ibunya
yang berisi tentang perjalanan hidupnya sejak dulu. Falun meminta Jameelah
untuk membacakannya. Ternyata setelah membaca buku harian Nyonya Dicta
diketahui ternyata dia dulunya adalah
seorang gadis pemulung yang hidup bersama ibunya dan diumur 20 tahun ibunya meninggal. Hingga
suatu hari Dicta ditawarkan pekerjaan menjadi pembantu di Arab yang setiap
harinya ia selalu disiksa.
Singkat cerita, namun setelah bertemu dengan Nenek tua
yang ditunjukkan oleh sahabatnya Farzika, agar majikan yang selalu menyiksanya
itu segera meninggal supaya ia bisa manguasai harta majikannya itu. Lalu
dikabulknnya permintaan Dicta, akhirnya majikannya itu meninggal dan
perhiasannya milik majikkannya itu diawa oleh Dicta. Lalu setelah bertemu
dengan Jordan di sebuah restoran Cina hidupnya berubah menjadi lebih baik. Lalu
suatu ketika ia mengira Jordan sudah tidak mencintainya lagi karena Jordan
selalu dikelilingi wanita-wanita cantik karena pekerjaannya sebagai motivator.
Beberapa hari Jameelah tinggal di rumah Falun, dia tidak
mengetahui kalau ayahnya meninggal rumah yang ada di desa terbakar hingga
membuat dirinya hangus terbakar di dalam rumah itu dikarenakan ayahnya tidak
memberitahukan oleh tetangganya kemanakah Jameelah tinggal setelah kecelakaan
itu. tidak lama setelah itu, Nyonya Dicta mengajak Jameelah untuk pulang
menjenguk ayahnya. Pada saat itu, Nyonya Dicta telah mencurigai bahwa Jameelah
telah mengetahui ia memuja setan karena pada saat tengah malam, Nyonya Dicta
sedang menyalakan 1000 lilin di suatu ruangan yang gelap itu adalah ritual
Dicta yang dekerjakan setiap malam selasa sebagai persyaratan karena ia memakai
Bedak Dewi Bulan supaya dia terlihat selalu cantik dimata suaminya. Dan ada
satu syarat lagi supaya ritualnya berjalan lancar adalah dia tidak boleh
percaya dengan Tuhan. jika dari kedua syarat itu dia langgar maka kecantikannya
akan hilang dan berubah menjadi sangat tua. Jamelah mengetahui semua hal itu
karena ia membaca semua buku catatan milik Nyonya Dicta yang dicurinya dari
Falun saat Falun tertidur.
Dilihat dari
alurnya unik. Unik disini karena peristiwa-peristiwa yang terjadi sulit untuk
ditebak apa yang terjadi pada rangkaian peristiwa-peristiwa berikutnya. Inilah
yang menjadi keistimewaan dari novel ini.
Walaupun buku catatan milik ibunya dicuri oleh Jameelah
namun Falun sudah mengetahuinya saat dia membaca pada halaman pertama. Perasaan
Falun disitu sangat sedih karena dia tahu bahwa dirinya terlahir hanya untuk
dijadikan tumbal dan teman iblis saat dia telah mati oleh ibunya sendiri. Tidak
lama setelah itu Falun mengetahui bahwa buku catatan ibunya berada di tangan
Kak Jameelah. Lalu, Jameelah menceritakan semua yang telah dibacanya kepada
Falun. Falun disitu semakin sedih mengapa ibunya begitu tega.
Pada suatu hari, Falun menderita sakit secara tiba-tiba
yang membuat kaget Jameelah, Jordan dan Dicta. Dicta telah menyadari bahwa
sakit putrinya itu dikarenakan sudah waktunya dijemput oleh iblis, karena
perjanjian yang dibuat oleh iblis itu Falun akan diambil oleh iblis saat ia
berusia 7 tahun tepat di hari ulangtahunnya. Mengetahui bahwa Falun sakit
Jameelah benar-benar terkejut dan ia langsung mengatakan sebutan iblis kepada
Nyonya Dicta. Disitu Dicta merasa marah dan langsung mengusir Jameelah dari
rumahnya yang pada saat itu Falun sedang berada di rumah sakit bersama ayahnya.
Saat Falun sedang sakit, Dicta sedang bekerja sebagai motivator seperti biasa
hingga tengah malam pun Dicta belum juga menengeok anaknya Falun.
Keesokan harinya Dicta datang menengok anaknya, lalu
disitu dokter memeriksa keadaan Falun yang ternyata tidak ada gejala penyakit
yang di deritanya, Tuan Jordan pun kaget dan tidak percaya dengan hal itu,
namun Dicta sudah tahu kalau anaknya itu bukan sakit biasa melainkan sakit
karena tidak lama lagi Falun akan diambil oleh iblis.
Setelah diusir Jameelah kembali mencari kantung plastik
di depan restoran cina, malamnya dia tidur di depan restoran tersebut karena
ia tidak tahu harus pergi kemana karena rumahnya terbakar bersama ayahnya
disitu ia bertemu dengan Namira. Namira mengajak Jameelah untuk tinggal
bersamanya, tidak disangka-sangka olehnya ternyata Namira tinggal bersama nenek
tua yang ternyata dirinya adalah Ibu kandung dari Nyonya Dicta yang ternyata
masih hidup namanya adalah Sumini.
Dirumah sakit Nyonya Dicta masuk diruangan Falun yang
sedang koma sendirian. Dilihatnya wajah cantik putrinya yang bercahaya hingga
membuat wajah Dicta panas hingga mengelupas dan menjadi dirinya sangat tua.
Jordan melihatnya wajah Dicta yang semakin tua, disitu ia merasa curiga dan
penasaran apakah yang terjadi pada istrinya. Disitu Falumn meneteskan air mata.
Dan Nyonya Dicta diperiksa oleh dokter tapi dokter mengatakan tidak ada gejala
penyakit satupun pada istrinya. Nyonya Dicta disitu pingsan sambil menginggau
memanggil nama Jameelah berulang-ulang dan akhirnya Tuan Jordan mencari
Jameelah kemana-mana tetapi hasilnya nihil. Jordan merasa curiga apa yang telah
dirahasiakan oleh istrinya dari dirinya itu, Jordan langsung kembli kerumah
untuk menanyakan itu kepada Bibi dan bibi menunjukkan suatu rungan yang sangat
gelap yang terkunci rapat yang boleh masuk hanya Nyonya Dicta, disitu Jordan
langsung mendobrak pintu itu, lalu didalamnya ada cermin besar yang bergambar
Falun yang sedang koma di rumah sakit dan ada 1000 lilin disitu serta lukisan
iblis yang begitu menyeramkan, disitu ia menemukan Bedak Dewi Bulan yang
akhirnya Jordan mengetahuinya bahwa anaknya Falun telah menjadi tumbal bagi
iblis oleh istrinya sendiri. Suatu ketika, Jameelah bermimpi bertemu dengan
Nyonya Dicta dan Falun di rumah sakit. Lalu, nenek tua itu adalah seorang yang
menjerumuskan anaknya sendiri yaitu Dicta untuk menjadi pengikut iblis, namun
dia sudah melebihi batas dia meminta lebih kepada iblis terus-menerus hingga
mengorbankan anaknya untuk tumal para iblis. Nenek tua itu adalah ibu nyonya
Dicta dan ia meminta Jameelah untuk menemui anaknya yaitu Nyonya Dicta dan
menyelamatka cucunya Falun.
Keesokan harinya Jameelah datang kerumah sakit untuk
menemui Falun, dan disitu ia diperbolekan untuk menemui Falun hingga akhirnya
ia tertidur dan bertemu Falun dimimpinya. Dimimpinya Falun sedang menangis dan
bingunganatar memilih pintu yang sebelah kanan atau sebelah kiri. Akhirnya
Jameelah mengajak Falun untuk pergi dari situ dan menyuruh Falun untuk
memberikan kunci pintu yang dipegangnya kepada dirinya agar Falun selamat dari
genggaman iblis, namun dimimpi itu Falun berkata “Falun mencintai ibu, Kak. Aku tidak ingin membuat ibuku menderita,
biarlah Falun mati asal ibu tetap baik-baik saja” setelah berkata begitu
Falun langsung mengambil kunci dari tangan Jameelah lalu ia langsung lari dan
masuk ke salah satu pintu tersebut.
Akhirnya, Jameelah disadarkan dari tidurnya oleh Tuan Jordan. Disitu
Falun sudah meninggal dunia. Sebelum pergi Falun megatakan pesan terkahir lewat
mimpinya bahwa Kak Jameelah harus menyadarkan ibu ke jalan yang benar.
Setelah beberapa bulan kematian Falun, Nyonya Dicta
semakin menyesal dan ia terlalu memikirkan Falun sampai membuat dirinya stress
hingga membuat dirinya masuk kedalam rumah sakit jiwa dan selalu ditemani oleh
suaminya jordan yang selalu setia menemaninya, semenjak sakit Jordan
meninggalkan kariernya sebagai motivator, ia ingin fokus merawat istrinya
sampai sembuh. Suatu hari Jameelah datang menemui Nyonya Dicta dengan bertujuan
untuk menyadarkan Dicta ke jalan yang benar dan mengenal siapa itu Tuhan.
Jameelah ke rumah sakit bersama nenek tua Sumini yang sebenarnya itu adalah ibu
Dicta, awalnya Nyonya tidak percaya bahwa nenek Tua itu ibu kandungnya sendiri
karena yang ia tahu ibunya telah meninggal saat ia berumur 20 tahun. Jameelah
disitu mulai mengajak Nyonya Dicta kembali ke jalan yang benar jalan yang di
ridhoi oleh Allah swt. Awalnya Dicta mengelak dengan adanya Tuhan namun
akhirnya dia percaya dan ia bertaubat. Namun disitu Dicta benar-benar tidak
percaya bahwa Sumini adalah ibu kandungnya dan akhirnya sumini putus asa lalu
ia bunuh diri.
Dibagian ending ceritanya benar-benar susah ditebak
Jameelah yang disitu sebagai tokoh utama akhirnya ia mendapatkan pasangan yang
sama-sama bertubuh bongkok yang bernama Sanusi, pada saat itu Jameelah dan
Namira sedang berjualan disekitar stasiun kereta disitulah Jameelah dan Sanusi
dipertemukan.
Buku karya Vanny Chrisma yang berjudul “Mimpi
Jameelah” ini sangat menarik untuk dibaca, terutama oleh kalangan remaja.
Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini diantaranya adalah perjuangan Jameelah
untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik, penuh liku-liku dan godaan yang
menyesatkan, namun ia tetap bisa menjaga keimanannya. Hikmah lainnya juga
mengajarkan bahwa betapa berbaktinya seorang anak kepada ibunya walaupun ibu
kandungnya sendiri telah membuatnya sakit sampai mati.
SEMOGA DAPAT MEMBANTU TUGAS KALIAN ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar