Sabtu, 22 Maret 2014

MACAM-MACAM & CONTOH MAJAS TERLENGKAP!



Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis
Jenis-jenis Majas
Majas perbandingan

  • Alegori: gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam. Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. pada umumnya mengandung sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
 1. Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)
3. Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.
4. Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
  • Alusio: gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan. Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
1.     Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
2.    Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
3.    Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
4.    Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?
  • Asosiasi/Simile: gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya. Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". Suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh:
1.     Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
2.    Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam.
3.    Bagaikan harimau pulang kelaparan, seperti menyulam di kain yang lapuk.
4.    Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut
  • Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama. perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya. Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru. Contoh : Raja siang, kambing hitam
Contoh:
1.    Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.
2.  Jantung hatinya hilang tiada berita
3.  Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu?
4.  Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
5.  Kelaparan masih tetap menghantui  rakyat Etiopia.
6.  Nina tangkai hati  ibu.
  • Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
  • Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
  • Antonomasia: gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Si pincang, Si jangkung, Si kribo.
Contoh:
1.     Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
2.    Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
3.    Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
4.    Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
  • Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
  • Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. 
Contoh:
1.     Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
2.    Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah
3.    Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
4.    Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
5.    Kami ke rumah nenek naik kijang
  • Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
  • Litotes: gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
    Contoh :
1.     Mampirlah ke gubukku! ( Padahal rumahnya besar dan mewah )
2.    Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
3.    Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.
4.     Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
·          Hiperbola: Gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan. Contoh:
1.     Kita berjuang sampai titik darah penghabisan.
2.    Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan.
3.    Keringatnya menganak sungai.
4.    Suaranya menggelegar membelah angkasa.
5.    Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
  • Personifikasi: Majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
1.     Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
2.    Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
3.    Matahari mulai merangkak  ke atas.
4.    Kabut tebal menyelimuti desa kami.
5.    Hujan itu menari-nari di atas genting
6.    Awan menari – nari di angkasa
7.    baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk
8.    Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
  • Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau
  • Sinekdok: Majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
1.     Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
  1. Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)
Ø  Pars pro toto adalah Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh:
1.   Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
2.  Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
3.  Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
4.  Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
5.  Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
6.   
Ø  Totem pro parte adalah majas Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contoh:
1.     Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.
2.    Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.
3.    Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
4.    Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau
  • Eufimisme: Majas yang menggunakan kata – kata / ungkapan halus / sopan. Majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
a.    Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
b.    Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
c.    Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
d.    Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
e.    Para tunakarya itu perlu diperhatikan
  • Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
  • Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
  • Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
  • Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
  • Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Contoh: Kita bermain ke rumah Ina.
  • Simbolik: Majas perbandingan yang Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
Contoh : Dia menjadi lintah darat
Majas Sindiran
  • Ironi: Majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir.
Contoh:
1.     Suaramu merdu seperti kaset kusut.
2.    Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca. Contoh:
3.    Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
4.    Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.
  • Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
  • Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh:
1.     Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
2.    Perilakumu membuatku kesal
  • Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
  • Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
  • Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
  • Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
1.     Saya naik tangga ke atas.
2.    Mari naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan
  • Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan.
Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku
  • Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
  • Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan atau majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi awalnya sama.
Contoh : Inikah Indahnya Impian ?
  • Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar. Atau majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun dalam baris yang berbeda.
Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu
  • Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Atau majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata – kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti.
Contoh : Saya khawatir dan was – was dengannya
  • Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
  • Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah
  • Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Contoh : Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek
  • Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa
  • Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
  • Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ?
  •  Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )
  • Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
  • Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
  • Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
  • Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
  • Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
  • Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
  • Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
  • Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
  • Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
  • Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
  • Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
  • Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
  • Oksimoron: Majas pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh :
1.     Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis
2.    Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
3.    Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
4.    Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.

  • Paradoks: Pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
   1. Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
2.    Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.
  • Kontradiksio: Pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
1. Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
2.  Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.
  • Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
  • Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
  • Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar